Skip ke Konten

Cerita Tentang Kopi dan Pak Imran

Jika aku adalah kehidupan yang pahit

​Mungkin tidak banyak yang bisa saya cerita tentang nikmatnya seduhan kopi, atau aroma romantis dari panggangan kopi yang menyebar keseluruh sudut ruangan, juga tidak banyak yang saya pahami tentang seni menyeduh kopi atau menyajikan kopi agar nikmat untuk diminum. yang saya pahami, adalah bagaimana merawat tanah tempat kopi tumbuh, bagaimana memilih bibit yang tepat, cara merawat, membesarkan dan cara panen yang bisa menghasilkan biji kopi premium, hingga kopi itu bisa dinikmati dan menenangkan kegelisahan, yang saya tau adalah minum kopi tanpa gula dipagi hari yang dingin dengan pemandangan gunung dan lembah hijau dibalik pohon kopi yang tersebar di halaman saya, sambil menutup mata dan menikmati pahit, asam, manis dan aroma khas kopi yang luar biasa dilidah.

Sang Biji Kopi

Pak Imran

Anak jawa yang lahir di Makassar, orangtuanya Membeli kebun pada tahun 1997 untuk melanjutkn kehidupan keluarga, kemudian diteruskan oleh pak imran, beliau hidup dari hasil kebunnya sendiri sampai menikah dan punya anak.

Petani 

​Perkenalakan ini adalah pak irfan yang merawat beberpa jenis kopi di lahan pertaniannya, seperti kopi Arabica dan beberpa sayuran dan buah lainnya. pak imran menjadi contoh bagi petani lain bagaimana cara mearwat dan membesarkan hingga menghasilkan biji kopi premium, keuletannya dalam belajar dan pengalaman kegagalannya dikenal oleh semua petani, 

Menanam Harapan, Memanen Masa Depan
Tumbuh Bersama GSI